Selasa, 19 April 2016

Hari Kartini


            Hari Kartini yang selalu diperingati setiap tanggal 21 April adalah peringatan untuk mengenang seorang wanita agung bernama Kartini. Ia dikenang hingga sekarang karena telah menjadi inspirasi bagi seluruh wanita, khususnya di Indonesia sebagai wanita berpendidikan, wanita yang tak terkungkung dalam superioritas kaum lelaki. Kartini adalah wanita yang menyerukan kepada seluruh kaum wanita terus bersinar; seperti harapannya yang terhimpun dalam buku ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’.
Kartini lahir di Jepara, Jawa Tengah, pada 21 April 1879. Tanggal kelahiran ini yang kemudian ditetapkan sebagai hari peringatan Kartini. Kartini lahir dari keluarga bangsawan Jawa, dari pasangan R.M Sosroningrat dan M.A Ngasirah.  Hidup di tengah keluarga bangsawan membuat Kartini mendapat pendidikan yang baik. Ia banyak bersentuhan dengan pemikiran modern.
Ia suka membaca dari kegiatan membaca tersebut Kartini merasa kagum dengan peran wanita di negeri-negeri Eropa. Mereka memiliki kebebasan untuk memperoleh hak-hak sebagai manusia, seperti belajar dan lain sebagainya. Sementara itu, di sekitarnya, perempuan-perempuan di tanah Jawa khususnya masih tertindas tak berdaya. Mereka terkungkung karena adat, mereka dipaksa menikah dengan lelaki yang tak dikenal, mereka tak mendapat pendidikan, mereka jauh dari peradaban maju.
Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawanJawa, putri Raden Mas Sosroningrat, bupati Jepara. Beliau putri R.M. Sosroningrat dariistri pertama, tetapi bukan istri utama. Kala itu poligami adalah suatu hal yang biasa.Kartini lahir dari keluarga ningrat Jawa. Ayahnya, R.M.A.A Sosroningrat, pada mulanyaadalah seorang wedana di Mayong.

Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai HajiSiti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Teluwakur, Jepara.Peraturan Kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikahlagi dengan Raden Ajeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikankedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo. Kartini adalah anak ke-5dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalahanak perempuan tertua. Beliau adalah keturunan keluarga yang cerdas.

Kakeknya,Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini,Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa.Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese LagereSchool). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun,ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit. Karena Kartini bisa berbahasaBelanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-temankorespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya.

Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik padakemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, dimana kondisi sosial saat itu perempuan pribumi berada pada status sosial yangrendah. Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuhPieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan).

Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie.Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di DeHollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar